Sepak Bola Indonesia Berduka : Tragedi Mematikan Kanjuruhan, Korban Berjatuhan, Siapa yang Salah?

Dunia sepak bola Indonesia tengah berkabung atas tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kota Malang, Jawa Timur. Awalnya tragedi bermula pada Sabtu, 1 Oktober 2022 yang digelar pertandingan antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan. Pertandingan digelar dengan sangat seru dengan dukungan dari suporter Aremania Malang. Siapa sangka pertandingan berujung kerusuhan dikarenakan kekecewaan dari suporterArema atas kekalahan Arema dalam pertandingan Laga BRI Liga 1 musim 2022-2023 yang menampilkan duel sengit rival bebuyutan melawan Persebaya dengan skor akhir 3-2. Kerusuhan atas kekecewaan suporter Arema dimulai dengan tindakan turun ke lapangan. Melihat tindakan dari suporter yang semakin tidak terkendali dengan melempar benda-benda ke arah lapangan. Aparat memukul mundur para suporter dengan melepaskan tembakan gas air mata ke berbagai sudut stadion untuk meredakan kerusuhan dari suporter. Penanganan kerusuhan oleh aparat menggunakan gas air mata menuai kritikan tajam. Pasalnya, FIFA saja di dalam aturannya telah menekankan larangan penggunaan senjata api dan gas (crowd gas).  Hingga tanggal 11 Oktober 2022 korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan sebelumnya disebut mencapai 174 orang. Namun, belakangan pemerintah dan kepolisian meralatnya jadi 132 suporter dengan dalih diduga ada pencatatan ganda korban.

Dengan adanya kejadian ini, Departemen Kajian dan Aksi Strategis Himpunan Teknik Industri Universitas Brawijaya melaksanakan kajian untuk membahas tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan banyaknya korban yang berjatuhan. Melalui kajian ini kami memberikan segala opini melalui berbagai sudut pandang mengenai penyebab tragedi Kajuruhan bisa terjadi. Jika dilihat dari perjalanan Arema yang selama 23 tahun tidak pernah kalah dari Persebaya menyebabkan suporterdari Arema merasa percaya diri bahwa Arema mampu mengalahkan Persebaya. Dari kepercayaan diri yang berlebihan tersebut menyebabkan arogansi dari para suporterArema yang yakin Arema pasti menang.  Namun apa daya ternyata realita tidak sesuai ekspektasi dimana kekalahan harus dirasakan oleh Arema. Kekecewaan para suporter semakin meluap dan para suportermelakukan tindakan anarkis yang menyebabkan keadaan menjadi tidak kondusif yang menyebabkan polisi merasa terdesak sehingga harus menembakkan gas air mata karena langkah persuasif sudah tidak bisa dilakukan. Penembakan gas air mata ini dinilai sebagai faktor utama penyebab banyaknya korban jiwa yang berjatuhan karena para penonton berdesak-desakan menghindari gas air mata ini sehingga para penonton kekurangan oksigen dan menyebabkan banyak penonton yang terinjak-terinjak oleh penonton lain. Selain itu, SOP (Standard Operating Procedure) yang dianggap kurang jelas sehingga kejadian ini bisa terjadi mengingat ini merupakan pertandingan skala nasional yang seharusnya dari pihak PSSI dan MENPORA sendiri sudah memiliki SOP khusus agar para suporter anarkis tidak bisa melewati pagar pembatas. Ini memperlihatkan SOP yang masih memiliki celah. Kesigapan polisi juga ikut dipertanyakan karena dianggap tidak well prepared sehingga terpaksa menembakkan gas air mata kewalahan menangani para suporter.

Korban Berjatuhan, Dampak Apalagi yang Ditimbulkan Oleh Malam Kelam Kanjuruhan?

Malam kelam Kanjuruhan ini tentunya memberikan banyak dampak yang ditimbulkan. Salah satunya adalah dampak traumatis psikologis. Kondisi yang sangat mengerikan terjadi di malam itu. Banyak orang yang jatuh tengkurap, terinjak, tertumpuk, lautan orang pingsan menyebabkan kepasrahan bagi orang yang saat itu berada di tengah kericuhan stadion Kanjuruhan akan kematian di depan mereka. Banyaknya korban yang meninggalkan keluarga mereka sehingga meningkatkan jumlah anak yatim piatu dimana anak-anak tersebut harus banting tulang sendiri. Dari sisi pemain juga terdampak karena kehilangan mata pencahariannya yaitu sebagai pesepakbola. Selain itu, ancaman akan sanksi bagi Indonesia yang sebentar lagi akan menggelar piala dunia dimana kemungkinan bisa batal karena kejadian ini dan image Indonesia di mata dunia akan menjadi buruk.

            Tetapi dari hal ini terdapat dampak positif yang bisa diambil adalah pemerintah Indonesia dan PSSI dapat lebih aware. Jika dari sisi suporter akan adanya perubahan pola pikir yang berbeda atas kejadian ini. Selain itu, pemerintah juga dapat meningkatkan standar akan lisensi standarisasi crowd control di Indonesia.

Siapa yang Salah?

Jika ditanya siapa yang salah atau bertanggung jawab pada kejadian kali ini, jawabannya adalah semuanya salah baik dari suportermaupun aparat. Jika suportertidak bertindak anarkis pastinya aparat juga tidak akan bertindak gegabah menembakkan gas air mata. Tetapi jika ditanya siapa yang bertanggung jawab menurut kami adalah PSSI sebagai penyelenggara pertandingan sepak bola berskala nasional ini.

Oleh karena itu, dari kejadian ini diperlukan evaluasi bagi PSSI dan Aparat agar penyelenggaraan sepak bola di kemudian hari dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kekisruhan dan diperlukan persiapan yang matang untuk mengantisipasi kejadian seperti ini agar tidak terulang kembali.  MENPORA dapat meningkatkan pengawasan terhadap PSSI seperti pemberlakuan SOP yang jelas contohnya peraturan dari FIFA yang harus ditegakan. Culture dari sepak bola di Indonesia perlu juga untuk dibenahi. Culture ini bisa dibentuk dari tiga elemen yang beririsan saling melengkapi, diantaranya orang-orang yang berlisensi, orang-orang teknis yang memahami, dan suporter. Pembenahan infrastruktur juga diperlukan untuk mengantisipasi kejadian seperti ini, diantaranya adalah tribun yang bisa dibuat lebih tinggi, barrier yang lebih tinggi, pintu keluar yang diperbesar, dan diperlukannya elemen kesehatan di sudut-sudut stadion seperti adanya tim medis yang cepat tanggap. Selain itu, harus ada kesadaran dari para suportersendiri untuk membenahi  pola pikir dan pola sikap mereka untuk menangani ego mereka masing-masing.

 Kami segenap pengurus HMTI FT-UB periode 2022/2023 turut berduka cita atas jatuhnya korban jiwa dalam insiden Kanjuruhan ini. Karena tidak ada sepak bola yang seharga dengan nyawa manusia. #usuttuntaskanjuruhan

Daftar Pustaka

Aristama, F. (2022, Oktober). ISCW: Menpora dan Ketum PSSI Harus Bertanggung Jawab Atas Tragedi Kanjuruhan. From https://politik.rmol.id/read/2022/10/03/549581/iscw-menpora-dan-ketum-pssi-harus-bertanggung-jawab-atas-tragedi-kanjuruhan

Elaine, M. (2022, Oktober). Persebaya: Tragedi Kanjuruhan Pengingat Federasi untuk Benahi SOP. From https://www.suarasurabaya.net/olahraga/2022/persebaya-tragedi-kanjuruhan-pengingat-federasi-untuk-benahi-sop/

Ibrahim, M. B. (2022, Oktober). Polri Audit SOP Penggunaan Gas Air Mata saat Tragedi Kanjuruhan. From https://news.detik.com/berita/d-6325240/polri-audit-sop-penggunaan-gas-air-mata-saat-tragedi-kanjuruhan

Lumbanrau, R. E. (2022, Oktober). Trauma penyintas Tragedi Kanjuruhan: ‘Terinjak-injak, sesak napas, pingsan – saya pasrah, kalau mati di sini tak apa-apa’. From https://nasional.kompas.com/read/2022/10/04/05000011/4-sikap-dan-langkah-pemerintah-dalam-tragedi-kanjuruhan

Muliawati, A. (2022, Oktober). Komnas HAM: Korban Kanjuruhan Meninggal Akibat Gas Air Mata-Kurang Oksigen. From https://news.detik.com/berita/d-6331465/komnas-ham-korban-kanjuruhan-meninggal-akibat-gas-air-mata-kurang-oksigen

Saputra, S. D. (2022, Oktober). KontraS Sebut Tragedi Kanjuruhan Terjadi Bukan karena Faktor Kelalaian Aparat. From https://www.bolasport.com/read/313514835/kontras-sebut-tragedi-kanjuruhan-terjadi-bukan-karena-faktor-kelalaian-aparat

Sujatmiko, T. (2022, Oktober). Kapolda Jatim: 23 Tahun Arema Tidak Pernah Kalah dari Persebaya. From https://www.krjogja.com/peristiwa/read/474957/kapolda-jatim-23-tahun-arema-tidak-pernah-kalah-dari-persebaya