THE FOUNDER : Film yang Cocok Buat Kalian Sebelum Memulai Berwirausaha

Well, halo semuanya ! Kali ini aku mau bahas sesuatu nih, atau mungkin review kali ya bahasa kerennya, hehe. Sebelum kita mulai bahas filmnya, aku mau tanya dulu nih. Menurut kalian, waktu kita lagi di fase muda kaya sekarang ini kira – kira ada ga sih temen – temen yang udah coba buka usaha sendiri? Kalo ada, kayanya main di sektor apa sih? Hmm, kalo aku tebak sih, mungkin beberapa ya diantara semacam hal yang berkaitan sama fashion atau F&B.  Iya kan? Ngaku aja deh.
Sekadar mengingatkan juga nih, di zaman awal kuliah sampe sekarang, pasti anak teknik UB ga asing dong yang namanya ngerjain tugas atau cuma sekedar makan dibarengan ngobrolin sesuatu di McDonald’s atau McD. Iya, McD yang aku maksud yang di depan itu kok (MT. Haryono), kalo McD yang lain kayanya rada jauh sih dari area kita. Oleh karena itu, kayanya pas banget nih kalo aku bakal ngutarain pandangan aku terkait sebuah film, dimana film ini bercerita tentang awal mula merintis tempat makan yang sekarang udah gausah ditanyain lagi ketenarannya di semua tempat, yak McD. Daripada nunggu lama, langsung aja deh aku bahas!
Mulai dari mana ya? Mungkin kita kenalin tokohnya dulu deh. Untuk film “The Founder” ini terdiri dari 3 tokoh utama, mereka adalah Ray Croc dan McDonald’s bersaudara dengan nama sapaannya Mac dan Dick. Awal kisah bermula dengan mengenalkan tokoh Ray Croc yang merupakan sales dari multi-mixer untuk milkshake, meski produknya terbilang tidak laku keras, semangatnya untuk terus mencoba menawarkan produknya terbilang patut diacungi jempol. Tidak lama setelah itu, pada suatu waktu Ray mendapat sebuah pesanan jumlah besar terkait produknya, yang mana mengantarkan dia menuju sebuah tempat makan yang bernama McDonald’s. Dari momen inilah Ray mulai tertarik terhadap bisnis ini karena terbukti dengan sebuah sistem yang dicetuskan oleh Mac dan Dick yang bernama Speedee Service System, yang membuat sistem ini istimewa karena kedua bersaudara ini telah berhasil mengoptimalkan sebuah pelayanan yang sangat cepat, efektif , dan efisien dibanding fastfood pada umumnya di masa itu.

Perjuangan dari kedua bersaudara ini pun juga terbilang sulit dan memakan waktu, salah satu hal lain yang aku kagumi ialah cara mereka menentukan varian menu yang ada. Jadi singkat cerita, mereka pernah membuka kedai makan namun dengan 25 macam menu di dalamnya, perlahan mereka juga mengamati bahwa hanya ada beberapa jenis menu saja yang selalu dipesan pelanggan, beberapa diantaranya ialah burger, kentang goreng, es krim, dan soda. Lalu, dengan langkah berani mereka mencoba mengeliminasi menu lainnya dan fokus ke menu ini. Akhirnya langkah mereka pun terbayar karena dapat dikatakan telah mencapai keberhasilan pada saat itu.


Kembali ke obrolan utama, dari pengamatan sekilas tersebut, Ray kemudian mencoba berbincang dengan kedua bersaudara ini yang mengarah pada konteks ajakan kepada mereka untuk menyebarluaskan bisnis mereka ini dalam skala besar, mengingat begitu banyak poin plus dalam keseluruhan kegiatan di tempat itu. Dalam kondisi itu, Mac dan Dick berujung menolak tawaran tersebut dikarenakan ia bercerita bahwa sebelumnya hal seperti ini pernah mereka lakukan, dikarenakan cabang lain mereka dinyatakan gagal beroperasi maksimal karena ada beberapa perubahan yang tidak sesuai dengan standarisasi atau SOP yang telah mereka tetapkan, salah satunya ialah penambahan menu, dan lain – lain.
Namun, dengan penolakan di momen tersebut, perjuangan Ray tidak berakhir di situ saja. Dengan desakan keras dari Ray disertai beberapa argumen untuk meyakinkan kedua bersaudara ini, sampailah tiba saatnya mereka menyetujui perkembangan bisnis mereka dengan Ray Croc sebagai penanggung jawab. Lambat laun kian berlalu, bisnis mereka telah menyebar ke berbagai wilayah di US. Sampai di suatu titik, banyak media turut meliput bisnis ini yang mana berakhir dengan anggapan seluruh US menilai bahwa Ray Croc adalah founder dari bisnis ini. 

Akhir cerita, dikarenakan masalah yang mengancam keberadaan kedua bersaudara ini dari kuasa keseluruhan. Tibalah di suatu titik dimana kedua bersaudara ini menjual McDonald’s secara keseluruhan kepada Ray Croc yang mana hanya ditukar dengan imbalan yang tidak seberapa dan kedua bersaudara ini pun mencoba tetap menjalankan usahanya dengan brand baru, namun berakhir bangkrut dikarenakan Ray membuka gerai McDonald’s di seberang tempat awal mula berdirinya McDonald’s hingga sukses sebesar ini.
Berkaitan dengan kisah diatas, aku coba ambil beberapa poin nih, diantaranya :

  1. Jangan coba selalu menjadi yang terbaik, ada kalanya yang dibutuhkan adalah berbeda
  2. Beranilah bertindak nyata untuk mewujudkan ambisi kalian
  3. Manfaatkan semaksimal mungkin peluang yang terlihat
  4. Pahami kebutuhan bisnis anda secara menyeluruh serta cara menjalin kerja sama yang tepat dengan pihak eksternal
  5. Persaingan bisnis itu keras, maka dari itu persiapkan mental kalian sedari awal jika gagal dan coba lagi di kemudian hari
  6. Pengalaman juga termasuk cara terbaik untuk berkembang dalam bidang ini

Mungkin itu aja dari aku di artikel kali ini, semangat terus buat kalian semua yang sedang berkeinginan, menjalankan, atau pernah mengalami kegagalan. Ingat satu hal, bahwa tiap orang memiliki waktu dan gaya yang berbeda untuk meraih mimpinya. Pesan terakhir “Don’t forget to be YOURSELF

Sumber :
https://www.idntimes.com/hype/entertainment/puteri-daulay/the-founder-sejarah-berdirinya-mcdonalds-c1c2/7
https://www.indozone.id/movie/8Jsk4N/the-founder-referensi-film-untuk-memulai-bisnis/read-all

Ditulis oleh :
Muhammad Rafli Febrianto (2019)

Disunting oleh :
Annisa Virani A. (2018)