RESENSI BUKU AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

Judul                   : Ayahku (Bukan) Pembohong

Pengarang         : Tere Liye

Penerbit             : PT Gramedia Pustaka Utama

Kota Terbit       : Jakarta

Cetakan              : April 2011

Tebal Buku       : 304 Halaman

Sinopsis              :

Dam, adalah seorang anak yang lahir dari keluarga sedehana dan bersahaja. Ia dibesarkan dengan dongeng-dongeng Ayahnya. Ayah yang dikenal terlalu jujur. Dan dongeng-dongeng itu  bercerita tentang  perjalanan Ayah mencari makna bahagia di dunia ini.

Dam tumbuh dengan pemahaman berbeda. Dongeng Ayah Dam berhasil membentuk karakter Dam dengan baik.  Meski tak jarang Ia bertengkar dengar Jarjit, karena Jarjit mengolok-oloknya dengan sebutan keriting dan pengecut. Dan cerita Sang Kapten, pemain bola kesayangannyavmembuat Dam lebih berbesar hati pada setiap hal yang diucapkan Jarjit. Ayahnya bercerita bahwa Ia pernah bertemu dengan Sang Kapten dan menyaksikan Sang Kapten kecil yang berlatih dengan bola kasti kumal yang ditemukan di tempat sampah.

Dam tak pernah menceritakan dongeng Ayahnya kepada siapapun. Ia mengingat pesan Ayahnya bahwa cerita itu adalah rahasia antara Ia dan Ayahnya. Hanya Taani, yang ia percaya untuk mendengar cerita hebat Ayahnya. Hingga suatu hari Taani membuat semua orang di sekolah Dam mengetahui bahwa Ayah Dam mengenal Sang Kapten, pemain sepak bola nomor satu. Semua teman dan Guru berebut ingin mendengar cerita Dam dan menitipkan barang agar nanti di tandatangani saat Sang Kapten mengadakan kunjungan ke kota mereka.

Dam marah. Ia meneriaki Taani karena ceroboh meninggalkan buku hariannya di laci meja kelas. Dan buku harian itu berisi semua yang Dam ceritakan padanya. Dam berjanji tak akan menyapa Taani lagi hingga Ia benar-benar menyelesaikan permasalahan itu. Taani berusaha agar teman-temannya tak mempercayai buku harian itu. Bahkan Taani kembali sengaja meninggalkan buku hariannya, namun dengan cerita yang berbeda, semua Ia lakukan agar Dam memaafkannya.

Hingga Dam kemudian bersekolah di Akademi Gajah. Diajarkan pemahaman hidup yang tak melulu memprsoalkan nilai, tapi meninggikan ilmu. Dam menemukan buku tua di Perpustakaan, ketika ia dalam masa hukuman karena membuat gaduh asrama di malam hari. Buku tua itu bercerita tentang suku Penguasa Angin. Itu adalah kisah yang pernah di ceritakan Ayahnya. Yang membuat Dam paham bahwa kekerasan bukan untuk di balas dengan kekerasan pula. Dongeng itulah yang membuat Dam dulu, melawan Jarjit dengan mengajaknya berlomba renang. Agar Jarjit tak lagi menyebutnya pengecut.

Dam penasaran dengan buku tersebut. Ia tak yakin jika cerita Ayahnya itu bohong. Hal itu kemudian membuat Dam nekat membawa buku tersebut saat musim liburan tiba, Dam ingin menunjukkannya pada Ayah. Namun, sesaat sebelum kereta berangkat, petugas perpustakaan datang menjemputnya, mengambil dengan galak buku yang dikatakan satu-satunya di dunia itu.

Ayah Dam marah, ketika Dam tak sengaja menanyakan kebenaran dari dongeng-dongeng ayahnya selama ini. Ayahnya selalu berkata “Ayah tidak bohong, Dam“. Hal itu membuat Dam berjanji untuk tidak lagi membicarakan hal itu. Ia percaya bahwa Ayahnya adalah orang paling jujur, bahkan terlalu jujur seperti kata kepala sekolahnya dahulu.

Tahun terakhir di Akademi Gajah, tinggal menghitung hari Dam akan melakukan ujian akhir. Hingga telegram itu tiba di sekolah, kepala sekolah memberitahu Dam agar segera berkemas. Ia harus pulang, Ibunya di rawat di rumah sakit. Seperti orang kehilangan arah, Dam mengemasi pakaiannya, menjumpai Ayah dan Ibunya yang tengah berbaring di ruang ICU.

Ibu Dam mengidap penyakit serius sejak Dam belum dilahirkan. Tapi Dam tak pernah di beritahu hal itu. Dam marah pada Ayahnya, karena menurutnya Ayah tak berusaha untuk menyembuhkan Ibu. Selama ini Ibu hanya dirawat seperlunya, bahkan tak pernah di rawat sama sekali. Dam yang saat itu membawa uang hasil kerjanya selama di Akademi Gajah, berjanji akan memberikan perawatan maksimal pada Ibunya.

Ayah Dam hanya bercerita tentang si Raja Tidur. Bercerita bahwa si Raja Tidur mengatakan, Ibu Dam tidak akan bertahan lama. Tak mungkin bisa hidup lebih dari dua tahun, kecuali karena bahagia. Dan jika Ia bisa bertahan samapi saat ini, itu adalah keajaiban yang luar biasa, dan itu tandanya Ibu bahagia.

Sejak saat itu Dam berhenti mempercayai cerita Ayahnya. Ibunya meninggal dan Ia tak sempat memeluknya untuk yang terakhir kali. Wajah ibunya terlihat lelah, bagaimana mungkin Ibunya bahagia selama ini. Begitu pikir Dam. Sejak saat itu pula hubungan Dam dan Ayahnya tidak harmonis.

Dam kembali ke Akademi Gajah. Asrama sudah kosong, teman satu asrama sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing. Dam menerima surat kelulusan tanpa mengikuti ujian. Bagi kepala sekolah Akademi Gajah, kelulusan bukan ditentukan oleh nilai di atas kertas, tapi di tentukan oleh kegiatan pendidikan selama 3 tahun, 24 jam di Akademi Gajah. Dan satu lagi, Dam mendapatkan surat pengantar dari Akademi Gajah. Surat yang tidak mungkin di tolak oleh univesitas di seluruh dunia.

Dam melanjutkan kehidupan. Ia membuktikan kesaktian surat tersebut dan berhasil masuk di jurusan Arsitek di universitas ternama tanpa melalui tes apapun bahkan perkuliahan sudah dimulai sebulan yang lalu. Rektor universitas itu mempersilakan Dam bergabung dengan mahasiswa lainnya.

Meski Dam membenci dongeng-dongeng Ayahnya, Ia tetap tak mampu menyangkal bahwa pemahaman baik yang ia dapatkan sekarang adalah karena dongeng tersebut. Bahkan karya karya Dam dalam mendesain bangungan ia banyak terispirasi dari dongeng Apel Mas dan Penguasa Angin. Daya khayalnya, ia tuangkan dalam sebuah sketsa bangunan. Hingga akhirnya Ia menjadi arsitek yang hebat.

Dam menikah dengan Taani, mereka bertemu kembali di universitas yang sama. Zas dan Qon menjadi cucu yanag menggemaskan bagi Ayah Dam. Ayah Daam sering  menceritakan hal yang smma kepada cucu-cucunya, ddan itu membuat Dam keberatan. Ia tak ingin cerita bohong Ayahnya meracuni pikiran anaak-anaknya. Karena baginyaz Zas dan Qon akan di beersarkan dengan pemahamann sebab akibat, bukann dengan dongeng-dongeng bohong seperti yang ia dapatkan semasa kecil. Hingga akhirnya Zas dan Qon bertanya mengenai kebennaran cerita  kakeknya  itu paada Dam. Karena meerekaa tak menemukan cirri-ciri  tempaat  atau apapun yang berkaitan dengan semua cerita kakeknya di  internet. Dam semakin kesal, ia mendesak Ayahnya agar mengaatakan bahwa dongeng-dongeng  itu bohong, agar anak-anaknya berhhenti memncari kebenarannya. Namun Ayah Dam tetap bersikukuh baahwa Ia tidak berbohong. Dam hilaang kendali, ia  meminta Ayahnnya untuk tak lagi  tinggal dirumahnya.

Dam menemukan keanehan pada laptopnya yang tadi digunakan oleh Zas dan Qon. Mereka mencari  informasai dengan kata  kunci Akademi Gajah. Namun pencarian tidak di temukan.  Tak ada hasil untuk kata kunci tersebut. Ia terbelalak, tak percaya.  Karena mesin pencariannya tersambung ke ensiklopedia terbesar dunia. Akademi Gajah tempat Ia menerima bergbagai bentuk ilmu kehidupan, dengan surat pengantar khusus yang tak mungkin di tolak oleh universitas manapun di dunia, tak ada sedikitpun jejaknya di internet. Ia mulai menyesali perlakuan terhadap Ayahnya.

Keesokan harinya, ia mendapat kabar bahwa Ayahnya tengah dirawat di sebuah rumah sakit. Semalaman Ia bercerita di makam Ibu Dam. Semua rasa benci Dam tetiba luruh, ketika melihat Sang Ayah terbaring lemah di ruang perawatan. Ayah Dam mendongeng untuk terakhir kalinya. Ia bercerita mengenai Danau Para Sufi yang berkisah tentang perjalanan Ayah Dam mencari makna kebahagiaan sejati. Hingga akhirnya ia menemukannya. Kebahagiaan itu bersumber dari hati yang bersih. Hingga sebagaimanapun sekitar berusaha membuat keruh, ia akan tetap kembali jernih. Akan tetap bahagia, meski hidup penuh kesederhanaan. Itulah alasan mengapa Ibu Dam dulu tak ingin hidup bermewah-mewahan. Ia bahagia, dengan keluarga kecilnya, menyaksikan Dam tumbuh menjadi anak dengan pemahaman yang berbeda.

Pemakaman Ayah Dam di penuhi lautan manusia. Manusia dari berbagai penjuru dunia seolah tumpah di pemakaman Ayahnya. Sang Kapten, Si Nomor Sepuluh, bahkan layang-layang besar seperti yang di ceritakan Ayah Dam dalam dongeng Suku Penguasa Angin pun hadir. Dam membatin ‘Ayahku Bukan Pembohong‘.